PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH
Perpustakaan
sebagai lembaga penyedia ilmu pengetahuan dan informasi mempunyai
peranan yang signifikan terhadap lembaga induk serta masyarakat
penggunanya. Demikian halnya di dalam lingkungan pendidikan seperti
sekolah. Perpustakaan sekolah merupakan pusat sumber ilmu pengetahuan
dan informasi yangberada di sekolah, baik tingkat dasar sampai dengan
tingkat menengah.
Perpustakaan
sekolah harus dapat memainkan peran, khususnya dalam membantu siswa
untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Untuk tujuan tersebut,
perpustakaan sekolah perlu merealisasikan misi dan kebijakannya dalam
memajukan masyarakat sekolah dengan mempersiapkan tenaga pustakawan yang
memadai, koleksi yang berkualitas serta serangkaian aktifitas layanan
yang mendukung suasana pembelajaran yang menarik.
Dengan
memaksimalkan perannnya, diharapkan perpustakaan sekolah bisa mencetak
siswa untuk senantiasa terbiasa dengan aktifitas membaca, memahami
pelajaran, mengerti maksud dari sebuah informasi dan ilmu pengetahuan,
serta menghasilkan karya bermutu. Sehingga pada akhirnya prestasi pun
relatif mudah untuk diraih.
Dalam
membantu siswa untuk menghasilkan karya yang bermutu, perpustakaan
tidak bisa bekerja sendiri. Dukungan sekolah, terutama melalui kebijakan
pimpinan (kepala sekolah), akan memperlancar tugas/kebijakan yang akan
dijalankan oleh pengelola perpustakaan sekolah.
Tugas
perpustakaan dalam memajukan masyarakat sekolah melalui ilmu
pengetahuan dan informasi harus diwujudkan secara efektif dan efisien.
Masyarakat sekolah yang menjadi sasaran perpustakaan, mulai dari pihak
manajemen sekolah, guru, siswa, pihak orang tua, dan segenap warga
sekolah yang lain harus menjadi pintar dengan adanya perpustakaan
sekolah. Khususnya siswa, yang menjadi obyek dari pada pembelajaran dan
pengajaran, harus dikenalkan betapa pentingnya manfaat dari perpustakaan
sekolah. Masyarakat sekolah yang sadar dengan kehadiran perpustakaan
akan mewujudkan masyarakat yang gemar membaca/reading society.
Begitu ironis ketika kita mengamati hasil dari sebuah penelitian yang
menunjukkan dari 50 sekolah yang diteliti, ternyata 8 sekolah
diantaranya tidak mempunyai perpustakaan. Bagaimana siswa dapat
menghasilkan karya dan mengukir prestasi jika di sekolahnya tidak
tersedia perpustakaan?
Memang, proses belajar siswa tidak hanya dilakukan di sekolah. Istilah long life education harus
tertanam betul dan diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehari-hari.
Terutama menanamkan akhlak/nilai-nilai yang baik pada siswa.
Perpustakaan dapat mengajarkannya tentang rasa tanggungjawab dalam
meminjam dan menjaga koleksi dari kerusakan/hilang, membiasakan
aktifitas membaca dalam mengisi jam istirahat, serta kebiasaan baik lain
yang tercermin dalam tata tertib maupun peraturan perpustakaan. Pihak
sekolah berkewajiban mem-backup peraturan yang dikeluarkan oleh
perpustakaan. Diharapkan dengan penanaman akhlak/nilai-nilai yang baik
ini, siswa dapat lebih bertanggungjawab dalam kehidupan sosialnya,
menjadi taat pada orang tua dan bapak ibu guru, serta menjadi warga
masyarakat yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Bukankah hal
tersebut juga merupakan prestasi bagi siswa?
Karya
yang bermutu dan prestasi hanya bisa diraih dengan adanya kemauan dan
kebiasaan siswa untuk terus belajar, lewat membaca di perpustakaan
sekolah. Kegemaran membaca yang sudah terbudaya di kalangan siswa, harus
diimbangi perpustakaan sekolah dengan menyediakan koleksi yang bermutu
dan bervariasi. Bukankah untuk menyediakan koleksi tersebut dibutuhkan
anggaran dari pihak sekolah yang tidak sedikit? Bukankah idealnya 5 %
anggaran sekolah diserahkan untuk pengembangan perpustakaan?
Setiap mata pelajaran yang diajarkan di sekolah/digariskan dalam kurikulum harus di backup dengan
baik oleh perpustakaan. Siswa yang menerima pelajaran di kelas, harus
terus dimotivasi untuk terus belajar mengembangkan ilmunya melalui
proses membaca di perpustakaan. Misalnya dengan memberi tugas membaca di
perpustakaan, menceritakan kembali serta membuat laporan. Dengan
menyediakan fasilitas belajar yang menyenangkan, dan kedekatan
pustakawan dengan siswa akan membantu proses kenyamanan belajar di
perpustakaan. Hasilnya siswa diharapkan bisa menguasai sekaligus
mengembangkan mata pelajaran yang diterimanya di kelas. Pihak manajemen
sekolah perlu mendukung kebijakan untuk cinta kepada perpustakaan
sekolah. Misalnya saja memberi hadiah kepada siswa yang sering membaca
di perpustakaan, serta menghimbau kepada guru untuk memotivasi siswa
dalam melengkapi informasi dan pengetahuannya demi menunjang proses
pendidikan serta daya serap terhadap mata pelajaran. Siswa yang sudah
mempunyai motivasi tinggi untuk belajar, tinggal menunggu waktu saja
agar dapat berkarya dan berprestasi.
Untuk
mencapai tujuannya, perpustakaan sekolah perlu dikelola oleh pustakawan
dengan tanggungjawab dan dedikasi yang tinggi terhadap layanan.
Pustakawan sekolah harus mempunyai jiwa sabar, serta dituntut untuk
memahami apa arti pendidikan sesungguhnya.
Perilaku
pustakawan sekolah yang bengis, kurang ramah, serta sifat-sifat
negative lain perlu dikikis habis. Sehingga siswa dapat lebih dekat
dengan pustakawannya, yang merupakan penasihat siswa dalam belajar,
serta mencari informasi dan ilmu pengetahuan.
Pustakawan
sekolah juga harus bersifat proaktif dan suka menolong. Siswa yang
kurang paham bagaimana cara mengakses sebuah koleksi, misalnya saja cara
menelusur buku matematika tulisan Djoko Moesono. Pustakawan sekolah
harus telaten dalam mengajarkan penelusurannya. Jika siswa mengetahui
lewat judulnya, bisa langsung mengetik/mencari lewat judulnya. Atau
kalau siswa lebih tahu siapa pengarang buku matematika tersebut, maka
bisa dengan mengetik/mencari djoko moesono. Sehingga siswa lebih suka
dan terbiasa dengan belajar, karena literatur yang mereka butuhkan untuk
menunjang pelajaran, relatif mudah untuk diketemukan.
Siswa
yang dekat dengan pustakawannya, akan mahir dalam mencari dan
menggunakan informasi dan ilmu pengetahuan yang dibutuhkan dalam proses
penyerapan dan penalaran pelajaran mereka. Siswa yang mudah menyerap
pelajaran yang diberikan oleh guru, merekalah yang mudah pula untuk
mengukir prestasi.
Selain membantu siswa dalam mengakses koleksi, pustakawan sekolah harus menyediakan informasi plus dan
memberi solusi atas kesulitan siswa dalam belajar. Informasi tambahan
yang dibutuhkan siswa, baik itu ilmu pengetahuan dan teknologi baru,
atau pun informasi lain seperti lomba karya ilmiah remaja. Informasi
yang gress serta teknologi baru akan menarik siswa untuk
berduyun-duyun memanfaatkan perpustakaan sebagi pusat sumber informasi
dan ilmu pengetahuan. Dengan informasi dan teknologi terbaru itulah,
siswa bisa lebih bisa berkiprah dalam meraih prestasi.
Tidak hanya menyediakan informasi paling gress saja,
pustakawan juga harus menyiapkan ruang belajar, ruang diskusi, serta
ruang untuk penelitian. Dengan adanya diskusi atau pun penelitian yang
dilakukan siswa, berarti ada sinkronisasi antara kegiatan belajar di
kelas dengan kegiatan nyata di lingkungan masyarakat sekitar. Atau siswa
juga bisa mengembangkan bakat dan minatnya. Situasi bahwa belajar di
perpustakaan sekolah dengan meja yang berdebu, terbatasnya meja untuk
membaca, dan fasilitas yang sangat minim lainnya, harus diubah. Tidak
harus perabot yang mahalmahal, cukup sederhana saja. Pustakawan sekolah
dan semua pengguna wajibmemelihara dan membersihkan equipment yang
ada. Sehingga tidak ada lagi kesulitan dalam belajar dan mengembangkan
pelajaran. Siswa dapat belajar dengan nyaman, dan terus dapat berkarya.
Demi
ketertiban dan kenyamanan belajar di perpustakaan, pustakawan sekolah
harus pandai-pandai membuat jadual tentang pemakaian ruang diskusi,
ruang penelitian, sehingga tidak terjadi benturan antara kelas yang satu
dengan kelas yang lain. Jadual tersebut dapat diberitahukan kepada guru
kelas atau pun guru bidang studi yang bersangkutan. Dengan pengaturan
jadual yang tertib, siswa dapat diajarkan bagaimana mengatur waktu
belajarnya dengan baik. Demikain pula saat siswa berada di rumah,
kebiasaan untuk bisa mengatur waktu belajar, akan membantu siswa, baik
dalam penguasaan pelajaran maupun dalam mengembangkan ilmunya di
masyarakat.
Selain
fasilitas yang cukup memadai dan waktu yang terjadual dengan baik,
pustakawan harus bisa mewujudkan suasana belajar yang menarik bagi
siswa. Pustakawan harus mengetahui dan sekaligus memahai teori
pendidikan dan kaidah pembelajaran. Inovasi dalam memberikan layanan
untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan harus terus
dikembangkan. Sikap acuh tak acuh terhadap siswa, terutama siswa yang
membutuhkan bimbingan di perpustakaan harus dibuang jauh-jauh.
Komunikasi positif, baik di kalangan anak-anak (siswa sekolah dasar)
maupun remaja (siswa sekolah menengah) harus terus dibangun.
Pustakawan
sekolah harus ‘dekat’ dengan masyarakat penggunanya, khususnya siswa.
Bagaimana pustakawan sekolah bisa dipercaya sebagai tempat ‘curhat’,
baik dalam kesulitan belajar atau pun dalam menambah informasi tentang
sumber pengetahuan yang belum diajarkan di kelas. Diharapkan segala
permasalahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar selama di kelas
atau di luar kelas, bisa ditemukan jawabannya. Sehingga siswa merasa
nyaman, segala problematikanya dapat dicarikan solusi oleh pustakawan
sekolah. Bukankan hal tersebut bisa menjadi motivasi siswa dalam
berprestasi ?
Di
negara tetangga kita, Malaysia, pustakawan lebih besar perannya dalam
ikut melaksanakan penelitian yang dilakukan siswa. Selain menyediakan
sumber informasi, pustakawan sekolah juga membantu siswa dalam pembuatan
laporan penelitian. Tidak hanya itu, ternyata pustakawan di sana juga
bertugas untuk membantu bimbingan siswa dalam mengerjakan tugas rumah
maupun tugas di sekolah, jika siswa kurang paham terhadap mata pelajaran
yang diajarkan di kelas. Kalau hal di atas bisa diterapkan di negara
kita, bisa-bisa tiap hari perpustakaan sekolah akan penuh sesak oleh
siswa, baik yang ingin membaca, mencari informasi, atau pun melakukan
bimbingan belajar. Dalam suasana belajar yang dengan kondusif, semua
pihak akan dapat menghasilkan karya yang maksimal serta prestasi yang
dapat membanggakan sekolah.
Pustakawan
sekolah merupakan jaminan tercapainya tujuan pendidikan. Karena lewat
bimbingannya, masyarakat sekolah, khususnya siswa akan melek informasi,
menjadi terbiasa dengan aktifitas membaca, lebih cerdas, dapat
menghasilkan karya yang baik, serta memudahkan siswa dalam meraih
prestasi, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
Pustakawan
sekolah harus mahir dalam mengolah dan menata koleksi perpustakaan
dengan baik. Sehingga saat koleksi dibutuhkan pengguna, sudah siap
tersaji di rak sesuai kode buku/call number. Karena sebagian
besar koleksi perpustakaan sekolah berupa buku penunjang kurikulum, maka
mutu dari buku-buku itu harus diperhatikan. Karena buku merupakan
jendela ilmu pengetahuan yang bisa membuka cakrawala, mampu
mengembangkan daya kreatifitas dan imajinasi karena membuat otak lebih
aktif mengasosiasikan simbol dengan makna.
Dengan
terbiasa membaca buku, siswa akan terasah otak dan pola fikirnya.
Membaca harus dijadikan aktifitas siswa sehari-hari. Buku harus dicintai
dan bila perlu dijadikan sebagai kebutuhan pokok siswa dalam membantu
tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Jika ada kelebihan uang saku,
daripada membeli mainan atau jajanan di sekolah, lebih baik membeli
buku. Contoh lain dengan membentuk suatu kelompok baca, membeli secara
patungan. Buku tersebut bisa dimanfaatkan secara bersama, atau pun bisa
didokumentasikan ke perpustakaan sekolah.
Idealnya,
setiap perpustakaan sekolah mampu menyediakan minimal 2.500 judul buku.
Judul sebesar itu tidak termasuk koleksi lama yang telah dipunyai, akan
tetapi koleksi uptodate yang sangat dibutuhkan masyarakat
sekolah. Memang terasa cukup berat. Dengan anggaran yang terbatas,
perpustakaan sekolah harus menyediakan koleksi uptodate yang sedemikian besar jumlahnya.
Untuk tujuan baik, kita semua harus berusaha bukan? Memang kalau ditanggung sendiri oleh perpustakaan akan terasa berat dan imposible.
Bukankah banyak alternative cara pengadaan koleksi untuk mencapai
jumlah ideal di atas?? Contoh. Sekolah A dengan keterbatasan dana hanya
mampu membeli 1.000 judul buku yang uptodate.1.500 judul yang
belum terpenuhi bisa disiasati dengan bekerjasama dengan perpustakaan
sekolah B. Untuk jangka waktu 1 bulan koleksi yang ditukar dengan
sekolah B sejumlah 500. Dengan perjanjian yang ditetapkan bersama,
sekolah A akan mendapat pinjaman sejumlah buku yang sama. Setelah
kerjasama selesai, bisa dilanjutkan dengan sekolah C. Begitu seterusnya.
Sehingga siswa merasa koleksi yang dibaca di perpustakaan selalu ada
yang baru, bacaan mereka terus berganti-ganti. Dengan cara itu, jumlah
koleksi perpustakaan bisa melampaui target minimal 2.500 judul buku,
walau tidak harus dipunyai sendiri. Dengan bacaan uptodate yang terus berganti, siswa menjadi kaya akan wawasan, ilmu pengetahuan, informasi, tidak gaptek serta menjadi siswa pintar yang mempunyai segudang prestasi.
Kita
juga dapat menggunakan pedoman yang dibuat oleh IFLA/UNESCO dalam
menyediakan koleksi yang bermutu dan variatif, yaitu rumusan yang
menyatakan bahwa setiap siswa mendapatkan jatah 10 judul buku. Angka ini
lebih kecil dibandingkan dengan kondisi perpustakaan sekolah yang ada
di negara maju seperti Amerika. Di sana, untuk setiap siswa,
perpustakaan sekolah mampu menyediakan 40 judul buku.
Akan
tetapi, sekali lagi hal itu bisa disiasati. Misalnya saja dengan
mendirikan kelompok baca yang terdiri dari 10 siswa. Tiap-tiap siswa
membawa 1 buku, sehingga total per kelompok baca berjumlah 10 judul buku
yang berbeda. Untuk setiap kelompok baca dijadualkan bisa menyelesaikan
seluruh bacaannya dalam waktu 1 minggu. Setelah itu, bisa menceritakan
kembali bacaan yang dibacanya, meringkas, atau pun membuat laporannya.
Baru kemudian diadakan tukar-menukar bacaan diantara semua kelompok baca
yang terbentuk disekolah. Apabila jadual tukar-menukar tersebut sudah
terpenuhi, maka dilakukan periode baru, sehingga buku yang beredar di
masing-masing kelompok baca akan mengalami peremajaan/pergantian koleksi
yang baru. Sehingga siswa akan menjadi terbiasa dengan membaca,
memahami setiap bacaan, kaya akan wawasan dan ilmu pengetahuan, yang
menjadi prasyarat agar siswa bisa berprestasi.
Untuk
menambah koleksi yang bermutu dan variatif, perpustakaan sekolah juga
bisa menempuh langkah sebagai berikut. Setiap siswa yang lulus sekolah,
diwajibkan untuk menyumbangkan 1 buku untuk dijadikan koleksi
perpustakaan. Akan tetapi langkah ini perlu disosialisasikan kepada
seluruh siswa, guru, manajemen sekolah, bahkan wali siswa, agar tidak
terjadi salah pengertian di kemudian hari. Dengan koleksi yang bermutu
dan variatif, diharapkan akan menumbuhkan kegemaran membaca serta dapat
meningkatkan kemampuan berbahasa siswa.
Koleksi
yang memadai merupakan jaminan tercapainya tujuan pendidikan, khususnya
di sekolah. Formasi untuk koleksi di perpustakaan sekolah seyogyanya
berisi 60 % mewakili buku non fiksi penunjang kurikulum, sedangkan 40 %
berupa novel, majalah, CD, game, video, dsb. Tidak baik jika sebuah
perpustakaan sekolah mengisi sebagian besar koleksinya dengan buku non
fiksi saja/buku pelajaran semua. Karena siswa juga membutuhkan bacaan
sebagai hiburan/refreshing seusai mereka berkutat dengan pelajaran di
kelas. Pun demikian, sangat tidak baik juga apabila koleksi perpustakaan
diisi dengan banyak buku-buku fiksi. Bukankah perpustakaan tidak sama
dengan persewaan komik di pinggir-pinggir jalan?? Yang bisa melalaikan
siswa dari tujuan utamanya untuk belajar di sekolah ??
Sesekali
perpustakaan sekolah, harus mencoba untuk mengadakan penelitian
‘kecil-kecilan’ untuk lebih meningkatkan layanan kepada masyarakat
sekolah. Misalnya saja bekerjasama dengan guru dalam menyebarkan angket
kepada siswa, mengenai jenis-jenis bacaan yang disukai siswa. Hasil
daripada angket tersebut bisa menjadikan masukan perpustakaan sekolah
khususnya, maupun pihak manajemen dan guru. Memahami akan kebutuhan
bacaan siswa, akan memotivasi siswa untuk cinta kepada membaca, cinta
terhadap bacaan, sebagai penghargaan/penghormatan terhadap sebuah karya,
sekaligus mendorong mereka untuk menghasilkan karya yang bermutu dan
prestasi.
Selain buku, minat membaca siswa perlu difasilitasi misalnya dengan membuat majalah dinding untuk science,
atau pun karya sastra yang lainnya. Siswa bisa menggunting informasi
yang bermanfaat dari koran/majalah di rumah, untuk dibawa ke
perpustakaan sekolah. Kemudian untuk setiap hasil guntingan tersebut
dikelompokkan menurut topiknya, untuk kemudian ditempel dan dipajang
sebagai hasil karya dari siswa. Dalam kurun waktu tertentu, majalah
dinding di perpustakaan sekolah ini harus terus di-update. Hal
ini akan memotivasi siswa, selain untuk gemar membaca, juga gemar
berkarya. Lewat karya di dinding ini pula, akan terjadi penyebaran
informasi yang bermnfaat bagi siswa-siswa lain yang membaca. Sehingga
makin banyak siswa yang pandai, cerdas dan semakin mudah pula mereka
untuk berprestasi.
Agar tidak gaptek serta
tidak ketinggalan informasi, koleksi perpustakaan juga perlu ditambah
dengan akses internet, bisa berupa jurnal pendidikan atau pun informasi
terkini lainnya. Pendidikan penelusuran informasi/browsing di
internet harus diajarkan sejak pertama kali siswa masuk di sekolah,
karena akan besar manfaatnya untuk membantu proses pendidikan yang
berlangsung. Setelah itu perlu dilakukan pembinaan terprogram dan
monitoring terhadap aktifitas siswa dalam ber-internet. Hanya informasi
yang benar-benar bermanfaat saja yang bisa dijadikan sumber ilmu
pengetahuan dan pelajaran siswa dalam kelas. Dengan internet, waktu
pencarian terhadap sebuah informasi relatif lebih cepat. Dan informasi
dari internet akan lebih uptodate. Apa pun masalah yang ditemui
siswa, pasti ada solusinya di internet. Siswa juga dapat mengembangkan
pelajarannya dengan dibantu sumber dari internet. Dengan internet siswa
akan menjadi pelajar yang plus, prestasi pun sudah menanti di depan.
Perpustakaan
sekolah merupakan pusat masyarakat sekolah dalam mencari sumber
informasi dan ilmu pengetahuan. Selain kinerja pustakawan sekolah serta
koleksi yang baik, aktifitas layanan perlu diberdayakan guna mendukung
peran perpustakaan sekolah. Aktifitas layanan perpustakaan sekolah akan
banyak dipengaruhi
oleh aktifitas siswa dalam memanfaatkannya. Sebagai mitra siswa dalam belajar, perpustakaan sekolah dapat merencanakan user education agar siswa memahami maksud dan tujuan layanan yang diberikan.
Pustakawan sekolah harus kreatif dalam mengemas layanan panduan siswa ini. Jadual untuk user education ini
perlu disusun sedemikian rupa agar berjalan secara efektif. Di sini
siswa perlu dikenalkan bagian-bagian yang ada di perpustakaan sekolah.
Seperti bagian peminjaman, penjajaran/shelving di rak koleksi,
dsb. Di samping itu, perlu juga diajarkan fungsi dari masing-masing
koleksi yang ada di perpustakaan. Dengan memahami maksud beberapa
informasi yang ada di perpustakaan, siswa tidak akan salah jalan ketika
akan mencari informasi dan ilmu pengetahuan sebagai pelengkap/tambahan
dari mata pelajaran yang diterima di kelas.
Di
kelas, pelajaran yang mereka terima tentu dapat dikembangkan dengan
menggunakan acuan/sumber informasi di perpustakaan. Siswa bisa
memperdalam ilmunya secara lebih detail. Proses penyerapan dan penalaran
pelajaran merupakan awal dari proses yang harus dilalui siswa untuk
menghasilkan karya yang bermutu. Siswa yang sering memanfaatkan
perpustakaan sekolah, akan terbiasa dengan koleksi yang ada. Karena
kelengkapan sumber informasi sangat menentukan dalam membuat karya yang
bermutu, maka semakin banyak sumber informasi yang dipakai, makin baik
pula suatu karya dapat dihasilkan.
Dengan
rasio jumlah pustakawan sekolah dan siswa yang jauh dari ideal, maka
seyogyanya sejak dini perpustakaan telah mengenalkan bagaimana tips-tips
memanfaatkan layanan dan koleksi yang ada untuk membantu mencapai
tujuan pendidikan siswa. Misalnya untuk sekolah dasar kelas 4 dan 5,
sedangkan sekolah untuk sekolah menengah kelas 2. Selain mereka
diberikan bimbingan cara memanfaatkan perpustakaan dengan benar, mereka
juga dibebani kewajiban untuk mensosialisasikan kepada adik-adik
kelasnya. Dengan pendidikan yang berantai, seluruh siswa akan mempunyai
ilmu tentang bagaimana memanfaatkan perpustakaan sekolah dengan baik
sehingga akan lebih termotivasi untuk belajar. Belajar akan menjadi
aktifitas sehari-hari siswa. Siswa yang terbiasa dengan belajar, akan
lebih mudah pula dalam berprestasi.
Siswa
juga harus terus untuk dilatih berdiskusi. Misalnya saja berdiskusi
tentang suatu cerpen atau mendiskusikan tentang terjadinya gelombang
pasang air laut yang disebabkan oleh gerhana bulan. Bertempat di ruang
diskusi perpustakaan sekolah, dipandu oleh guru dan pustakawan sekolah,
siswa dilatih untuk mengungkapkan ide-ide ilmiahnya, mempertahankan
pendapatnya, serta mencari solusi/kesimpulan dari suatu permasalahan
yang terjadi. Untuk bisa mendapatkan ide ilmiah, siswa terlebih dahulu
harus terbiasa dengan membaca maupun browsing di internet,
sehingga wawasan keilmuan siswa akan lebih luas dan terfokus. Siswa yang
kaya akan berbagai ide ilmiah, tidak akan kesulitan dalam berkarya dan
berprestasi.
Menjajal
penelitian terhadap masalah yang terjadi di sekitar, dihubungkan dengan
dengan mata pelajarannya, sangat mungkin dikerjakan oleh siswa. Dengan
dibantu guru pembimbing penelitan dan pustakawan sekolah, siswa akan
lebih bersemangat dan termotivasi dalam penelitian. Perpustakaan sekolah
harus menyediakan semua informasi yang dibutuhkan selama penelitian
berlangsung, termasuk dalam pembuatan laporan penelitian.
Selain
memberikan layanan terfokus pada siswa, perpustakaan sekolah dapat
mengembangkan dan meningkatkan layanannya, bekerjasama dengan
pihak-pihak terkait, antara lain orang tua siswa, sekolah sejenis yang
lebih baik, serta dengan perpustakaan umum/daerah.
Orang
tua siswa merupakan mitra belajar siswa di rumah. Dalam program membaca
sebagai aktifitas siswa di rumah, perpustakaan sekolah dapat memotivasi
orang tua agar menjadi teladan bagi putra-putrinya. Saat menunggu
anaknya pulang sekolah, orang tua bisa meluangkan waktu untuk membaca di
perpustakaan sekolah. Selain itu, peran oarang tua juga bisa menjadi
penyedia anggaran untuk pembelian buku, memberi hadiah ulang tahun
dengan buku cerita/science terbitan terbaru, membudayakan membaca
surat kabar/majalah di rumah, serta mengajak anak-anak ke perpustakaan
umum/daerah saat setiap libur akhir pekan. Budaya membaca dan belajar
yang dikembangkan orang tua akan mendarah daging pada anak, sehingga
secara otomatis, otak mereka selalu terasah dengan ilmu dan pengetahuan.
Siswa tidak akan mengalami kesulitan lagi dalam penyerapan dan
penalaran pelajaran jika otak mereka selalu terasah dan terbiasa dengan
ilmu pengetahuan. Bukankah siswa berprestasi akan selalu mengasah pola
fikirnya dengan ilmu pengetahuan ??
Untuk
menjadi lebih baik, perpustakaan sekolah harus terus berbenah. Studi
banding dengan sekolah yang sejenis, tetapi sudah terlebih dulu memiliki
prestasi; harus terus dilakukan. Mereka bisa berbagi tentang cara
belajar, cara menambah ilmu pengetahuan di luar kelas, cara memanfaatkan
perpustakaan beserta koleksinya, dsb. Tujuannya agar rahasia sekolah
unggulan dapat diterapkan, dan siswa yang belum berprestasi dapat
berbagi pengalaman dengan siswa sekolah ungulan yang telah berprestasi.
Dengan
perpustakaan umum/daerah, perpustakaan sekolah juga bisa bekerjasama
dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan layanannya kepada siswa,
khususnya bagi siswa kelompok usia anak dan remaja. Kerjasama dapat
dilakukan misalnya dengan melakukan study visit ke perpustakaan
umum/daerah untuk mengetahui koleksi apa saja yang sesuai untuk siswa
pada usia anak-anak atau remaja, serta layanan apa saja yang telah
dihadirkan di sana. Sehingga sepulang dari perpustakaan umum/daerah,
siswa akan memiliki wawasan tentang semua hal yang berkait dengan
perpustakaan dan jasa layanannya. Sedangkan bagi perpustakaan sekolah,
bisa berbenah ke dalam. Siswa yang senang dan sering memanfaatkan
perpustakaan sebagai penyedia jasa informasi dan ilmu pengetahuan, akan
terbantu dalam mewujudkan prestasi dan cita-citanya.